Tahun 2011 cukup sempurna bagi Persipura Jayapura. Skuad asuhan Jacksen F. Tiago tersebut mampu merebut gelar Superliga yang musim sebelumnya direngkuh Arema. Di tahun ini pula, Persipura berhasil menembus babak perempat-final Piala AFC.
 |
Di bawah asuhan Rahmad Darmawan, Persija Jakarta sempat kembali dalam persaingan merebut gelar juara di musim 2010/11. Namun akhirnya mereka harus puas menyelesaikan kompetisi dengan duduk di posisi ketiga setelah kalah dalam jumlah selisih gol dari Arema yang menempati posisi runner-up.
 |
Arema Indonesia tetap tampil konsisten sepanjang musim 2010/11. Meskipun prestasi mereka tidak sebagus musim sebelumnya, tetapi posisi runner-up adalah prestasi yang cukup membanggakan. Namun sayang, klub kebanggaan Aremania tersebut masih belum dapat berbicara banyak di ajang Liga Champions Asia.
 |
Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepakbola yang dimotori orang-orang Belanda, yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken [VBBO]. Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib, dan dianggap perkumpulan kelas dua. Persib memenangkan perang dingin dan menjadi perkumpulan sepakbola satu-satunya di Bandung dan sekitarnya.
Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNI dan Sidolig pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding, yakni Lapangan UNI dan Sidolig [kini Stadion Persib], dan Lapangan Sparta [kini Stadion Siliwangi].
Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik junior maupun senior.
 |
Meski terbilang tim anak bawang dari segi usia, prestasi yang ditorehkan Sriwijaya sudah cukup luar biasa. Itu setelah tampil sebagai juara Liga dan Copa Indonesia 2007, yang membuat mereka menjadi pusat perhatian publik sepakbola nasional.
Sayang pada musim pertama digulirkannya Superliga, kompetisi kasta tertinggi sepakbola nasional, Sriwijaya FC gagal mendulang sukses dan hanya mampu finish di urutan kelima klasemen akhir. Kendati demikian, SFC mampu berprestasi pada kompetisi lainnya.
 |
Sejak berdirinya, PSPS Pekanbaru baru bisa mencicipi persaingan di Divisi Utama pada tahun 1998. PSPS pernah mengalami masa kejayaan pada musim 2004 di Liga Indonesia, ketika diperkuat sejumlah pemain tim nasional. Mereka juga sempat menjadi tim disegani selama dua musim.
Namun karena gagal menjadi juara, manajemen PSPS lalu merombak tim. Akibatnya, mereka terperosok, bahkan sampai ke Divisi I. PSPS promosi ke Divisi Utama setelah mengalahkan PS Indocement Cirebon.
PSPS kini kembali ke kasta tertinggi setelah menempati peringkat tiga Divisi Utama Liga Indonesia 2008/09. Di bawah pelatih Abdulrahman Gurning, PSPS bertahan di Superliga. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar